Wahai Para Pencinta Dunia

لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia punya nilai di sisi ALLAH walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, nescaya ALLAH tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320)
Tatkala orang-orang yang utama, mulia lagi berakal mengetahui bahwa ALLAH SWT telah menghinakan dunia, mereka pun enggan untuk tenggelam dalam kesenangannya. Apatah lagi mereka mengetahui bahwa Nabi mereka SAWhidup di dunia penuh kezuhudan dan memperingatkan para shahabatnya dari fitnah dunia. Mereka pun mengambil dunia sekedarnya dan mengeluarkannya di jalan ALLAH SWT sebanyak- banyaknya. Mereka ambil sekedar yang mencukupi dan mereka tinggalkan yang melalaikan.
Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar RA, sambil memegang pundak iparnya ini:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)
Abdullah bin Umar RA pun memegang teguh wasiat Nabinya baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam ucapannya beliau berkata setelah menyampaikan hadits Rasul SAW di atas, “Bila engkau berada di senja hari maka janganlah engkau menanti datangnya pagi. Sebaliknya bila engkau berada di pagi hari, janganlah menanti senja. Gunakanlah waktu sihatmu (untuk beramal ketaatan) sebelum datang sakitmu. Dan gunakan hidupmu (untuk beramal soleh) sebelum kematian menjemputmu.”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata memberikan penjelasan terhadap hadits ini, “Janganlah engkau condong kepada dunia. Jangan engkau jadikan dunia sebagai tanah air (tempat menetap), dan jangan pula pernah terbetik di jiwamu untuk hidup kekal di dalamnya. Jangan engkau terpaut kepada dunia kecuali sekadar terkaitnya seorang asing pada selain tanah airnya, di mana ia ingin segera meninggalkan negeri asing tersebut guna kembali kepada keluarganya.” (Syarhu Al-Arba’in An-Nawawiyyah fil Ahadits Ash-Shahihah An-Nabawiyyah, hal. 105)
Suatu ketika Ibnu Mas’ud RA melihat Rasulullah SAW tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu tilam yang empuk!” Baginda menjawab:
َا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengembara yang mencari teduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377)
Umar Al Khattab RA pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah SAW saat bagindahanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar RA berkata:
رَأَيْتُ أَثَرَ الْحَصِيْرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيْمَا هُمَا فِيْهِوَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُوْنَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا اْلآخِرَةُ؟
Aku melihat bekas tikar di lambung/rusuk baginda, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya baginda, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Parsi) dan Kaisar (raja Rom) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan ALLAH.” Baginda menjawab, “Tidakkah engkau redha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari no. 4913 dan Muslim no. 3676)
Dalam kesempatan yang sama, Umar Al Khattab RA berkata kepada Nabinya:
ادْعُ اللهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّوْمَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُوْنَ اللهَ. وَكَانَ مُتَّكِئًافَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada ALLAH agar ALLAH memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh ALLAH telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Parsi dan Rom, padahal mereka tidak beribadah kepada ALLAH SWT.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian berkata,“Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khattab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik-baik) mereka di dalam kehidupan dunia [3] ?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)
Wahai diri ku,
Demikianlah nilai dunia. Dan tergambar bagimu bagaimana orang- orang yang bertaqwa lagi cendikiawan itu mengharungi dunia mereka. Mereka enggan untuk tenggelam di dalamnya, kerana dunia hanyalah tempat penyeberangan… Di hujung sana menanti negeri keabadian yang keutamaannya tiada terbandingi dengan dunia.
Rasulullah SAW bersabda:
مَا الدُّنْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
<p>“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kamu memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim no. 7126)</p>
ALLAH SWT berfirman:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَنَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُالدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Ketahuilah oleh kamu, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang kerananya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari ALLAH serta keredhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20)
Wahai diri,
Bacalah berulang kali kalam dari Rabb yang mulia di atas beserta maknanya… Lantas ….
Apa yang kamu fahami dari kehidupan dunia?
Masihkah dunia membuaimu?
Masihkah angan-anganmu melambung untuk meraih gemerlapan keindahannya?
Masihkah engkau tertipu dengan kesenangannya?
Bukankah dunia ini adalah adalah suatu permainan yang melalaikan ? Mempermainkan jasad dan melalaikan hati ?
Lihat saja para pencinta dunia … bertungkus-lumus mengejar dan membina kekayaan dunia dengan rakus tanpa mengira halal dan haram. Hatta ahli agama yang hatinya terpersona dengan gamitan kenikmatan duniawi juga tidak ketinggalan mengambil kesempatan.
Berbeza pula halnya dengan insan mukhlis yang beramal hanya untuk akhirat. Dunia bagaikan tempat lintasan menuju ke negara yang kekal abadi. Hati mereka tidak terpaut dengan pesona duniawi lantaran disemarakkan dengan zikrullah, mengenali dan mencintai ALLAH Yang Maha Pengasih lagi Maha Pengampun. Semakin dunia dijauhi, semakin pula dunia dating kepadanya. Namun dunia yang hadir hanya berbekas di telapak tangan, tidak bertapak di hati. Saban waktu dunia di tangan akan bertukar tuan yang empunya sambil hati tetap istiqamah dengan zikrullah.
Wahai diri,
Ingatlah… tamsilan keindahan dunia yang mempersona yang ALLAH berikan kepada mu … Bagai hujan yang mencurah, menyuburkan bumi. Lantas suburlah bumi dengan tumbuh-tumbuhan yang menghijau. Memberi kekayaan kepada para petani. Memberi makan kepada manusia dan haiwan. Hinggalah dating kudrat dan ketentuan dari ALLAH, akhirnya tanaman menjadi layu, menguning, kering dan hancur ke bumi. Maka berakhirlah episode terpersonaan seorang manusia yang memuja keindahan duniawi yang hakikatnya bersifat sementara, tiada abadi.
Demikianlah kehidupan manusia di dunia. Tatkala seorang insane merasa megah dan pesona dengan nikmat duniawi, namun setelah dating ketentuan ALLAH SWT berupa hilangnya dunianya dari tangannya. Hilangnya kekuasaannya… Jadilah ia meninggalkan dunia dengan tangan kosong, tidak ada bekal yang dibawanya kecuali kain kafan yang membalut tubuh….beserta tiga perkara … doa dari anak yang soleh…. Ilmu yang bermanfaat ….Amal jariah …”
Jabir bin Abdillah RA berkata, “Rasulullah SAW melalui pasar sementara orang ramai ada di sekeliling beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ:أَتُحِبُّوْنَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا: وَاللهِ،لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيْهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
“Siapa di antara kamu yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?”Rasulullah SAW kemudian berkata, “Apakah kamu suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kamu?” …. “Demi ALLAH, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi selonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi ALLAH, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi ALLAH daripada hinanya bangkai ini bagi kamu.” (HR. Muslim no.7344)
No comments:
Post a Comment